Plato mengecam karya puisi yang terdapat dalam Hesiod dan Homer


Plato mengecam karya puisi yang terdapat dalam Hesiod dan Homer karena dianggap merendahkan atau tidak menempatkan dewa-dewa di tempatnya yang mulia. Hal ini, menurut Plato, akan mengakibatkan manusia dengan mudahnya berbuat berbagai tipe kejahatan sebagaimana yang dilakukan oleh dewa-dewa Yunani dalam berbagai karya yang diciptakan oleh penyair pada zaman itu. Dengan menggeneralisasi penilaian tersebut kepada seluruh puisi, Plato beranggapan bahwa puisi berakibat buruk kepada moralitas dan pendidikan bagi para pemuda. Filsuf besar itu juga menilai bahwa puisi hanyalah karya imitasi yang berarti jauh atau tidak bisa menangkap esensi dari realitas yang ingin digambarkan dalam puisi tersebut. Plato dengan naifnya bertanya, bila penyair bisa menggambarkan dengan hebat dalam karyanya mengenai ilmu pengobatan, mengapa sang penyair tidak bisa menjadi seorang dokter atau pengobat yang ampuh juga. Sebenarnya pertanyaan itu juga bisa ditujukan kepada Plato, bila konsep Republik idealnya yang ditawarkan begitu hebatnya, mengapa tidak ada salah satu penguasa dari Athena (tempat tinggalnya) yang hidup sezaman dengannya tertarik untuk benar-benar menerapkan konsep pemerintahan yang ditawarkan oleh Plato? Bahkan dalam kesimpulannya, Plato menyatakan bahwa seorang penyair hanya merangsang bagian inferior dari otak, maka seorang penyair tidak boleh dimasukkan dalam konsep pemerintahannya yang telah "tertata rapi", karena puisi hanya akan merangsang dan memperkuat elemen yang mengancam keberadaan nalar atau rasio. Dengan demikian, Plato menginginkan orang-orang yang memiliki rasionalitas tinggi tanpa adanya keinginan untuk memperkuat rasa kemanusiaan dan estetika yang telah mengalir dalam tubuh manusia semenjak orang itu lahir. Aku mendapat kesimpulan bahwa pemerintahan yang ingin diciptakan oleh Plato adalah pemerintahan yang dipenuhi oleh orang-orang yang bersifat robot karena hanya mengutamakan rasionalitas dan merendahkan perasaan (yang sangat berfungsi dalam menciptakan empati dan rasa simpati antarsesama manusia). Perlu juga dicatat bahwa Plato merupakan filsuf yang antipemerintahan demokratis karena model pemerintahan seperti itulah yang ditudingnya telah mengakibatkan gurunya, Socrates, diadili dan divonis untuk membunuh diri dengan menenggak racun. Di kutip dari buku; The Republic

Tidak ada komentar: